Bulan Januari Dan Sisa Hangatmu Yang Ditinggal Pergi
Gaes kali ini Saya iseng-iseng menari jemari, membuat coretan yang mungkin tidak dianggap berfaedah. Dalam hal ini Saya optimis, sejelek-jeleknya suatu karya pasti masih ada satu dua orang
yang menyukainya.
Semoga kita semua tetap cukup agar bisa tetap hidup dibawah langit pandemi ini, tetap jaga jarak sebab dekat belum tentu jadian, kurangi mobilitas yang tidak penting, bagi yang jarak jauh setelah pandemi ini Kalian bisa bertemu menuangkan rasa rindu yang kian membeku, yang patah hati tetap kuat jangan terlalu cepat baper sebab patah hati dan jatuh hati sama- sama butuh tenaga namun suasana hati saja yang berbeda.
Gemuru langit di bulan januari menandakan hujan, sedangkan diri ini masih bertahan dengan segala tanya. Mengapa dalam rentan waktu tanpamu perasaan ini mati seketika, susahnya membedakan mana tangis dan tawa, mana amarah dan mana cinta yang membuncah dunia. Aku terlelap oleh
mimpi-mimpi dirimu yang melintas dalam pikiran,betapa bahagianya dulu, saling berkirim pesan, menghabiskan waktu tanpa tujuan, menikmati senja sore hari yang bermesraan dengan punggung gunung, seketika dirimu bersandar dibahu ini.
Pagi terlalu dini membangunkan diri ini dari mimpi semalam. Dirimu nyata benar-benar pergi, biarkan diri ini sendiri dengan segenap kesepian. Ada saatnya kita benar-benar tak berdaya. Mata yang dulu bahagia ketika menatap, kini hanya bisa meratap. Raga yang dulu bisa dekap, kini hanya bisa berharap.
Musim hujan kembali lagi, diri ini ingin mengajakmu berjalan dibawah rintik hujan setelahnya menuju pada titik terang pelangi. Mejikuhibiniu dirimu yang selalu dirindu. Januari dengan curah hujan yang tinggi, bulan dan bintang tak lagi bersinar pada malam hari. Siang hari haus akan pacaran sinar matahari, kala kerinduan yang menghampiri hanya ditemani alunan
simponi. Januari, hujannya awet dengan sisa hangatmu yang ditinggal pergi.
Penulis:Juang Sinyo
Mantul abang
BalasHapusSukses selalu bung
BalasHapus