Di Sebuah Sunyi Dan Itu Sedang Hujan

Februari dan jejak-jejaknya masih menjahit hujan. Gerimis mengundang lebat penantian. Sepasang langkah, patah menimbun bayang bayang kepergian. 



Gadis itu berjalan. Ada air mata gugur menyibak syahdu pesan. Lisan-lisan puisi riuh menyampaikan ; ketika pergi dan diri menjadi badai sepi. 


Payung-payung mendayung teduh. Sedih membeku, pedih merayu. Silau ingat memahat bantal-bantal paling bisu. 


Gadis itu menghilang. Ilalang luka dan penjajahan terdengar saling sanjung menyanjung. Junjung duka ia seret tanpa bibir dan kecap rumah kepada pulang. 


Lalu hujan itu membatasi doa dan dosanya.


Oleh : Ama Raja, Komunitas Kopiha

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Pembangunan Gapura Desa Urung Dora ,Kecamatan pocoranaka Timur-Matim

Di Colol, Tidak Melulu Soal Kopi Pai't Ada Kata Kido Ema Reak, Yang Bikin Kamu Ketawa Dan Bingung

Mengenal Arti Jodo Toe Ndoro Dalam Adat Manggarai.