Moment Natal Watunggong MerinduhkanMu pulang
Lantunan lagu "Natal di Dusun" mengawali hariku di pagi ini. Sambil ditemani segelas kopi hitam nan pekat aroma khas Manggarai Timur seakan menambah rinduku untuk kembali pada kampung halamanku, Desa Satar Nawang Kampung Watunggong. Dan berharap bulan Desember ini memberikan harapan tentang sebuah Natal yang indah. Ya, Natal telah tiba. Segala persiapan telah disediakan. Tapi gejolak dihati masih saja mengganggu. Bagaimana tidak??? Natal bagi anak rantau yang tidak bisa pulang itu hanya terdiri dari 3 kata saja, yakni: rindu, rindu, dan rindu. Aku cuma rindu. Itu saja. Tidak lebih. Karena sejujurnya hatiku telah lelah dan letih letih menahan rasa rindu pada keluarga tercinta. Aku lelah menunggu waktu itu tiba dimana kami bisa berkumpul dan bercanda dengan ketulusan cinta. Namun apa daya, aku hanya bisa menitipkan rindu pada hembusan angin yang menyapa kepada mereka yang kucintai.
Tahun ini adalah kali ketiga aku tidak merayakan Natal bersama keluarga. Sebagai anak rantau yang tinggal dan bekerja jauh dari rumah, kadang ada rasa rindu dan sepi ketika harus merayakan Natal tanpa kehadiran orang-orang terkasih. Jika biasanya di rumah aku selalu menyambut Natal dengan gembira, mendekorasi rumah, dan bersilaturahmi dengan kerabat, di tanah rantau aktivitas ini menjadi sesuatu yang kurindukan.
Namun, walau jauh dari kehangatan keluarga, pengalaman melewatkan Natal di tanah rantau ternyata mengajariku untuk memandang Natal dari sudut pandang yang berbeda. Natal bukanlah tentang perayaan yang gemerlap, melainkan Natal adalah sebuah peristiwa tentang penyertaan Allah atas kita umat manusia..Bicara tentang Natal tidak bisa lepas dari yang namanya “kasih”. Natal selalu identik dengan pernyataan kasih Allah bagi dunia melalui kelahiran Sang Juruselamat. Sebagai para pengikut Kristus, kita tahu bahwa kita dipanggil untuk hidup serupa dengan-Nya. Namun, masing-masing kita mungkin memiliki pergumulan tersendiri tentang hidup di dalam kasih. Buatku Natal juga adalah Rindu
Sebulan yang lalu aku benar-benar kembali ke rumah. Maklum di saat viralnya Covid 19 tepat tanggal 27 Juli2020 aku pulang libur Kembali setelah pergi bertahun-tahun, mewujudkan mimpi dan janji kehidupan yang baik diluar kota. Berafiliasi, beraktualisasi,belajar dan menemukan cinta. "cuka minyak tombo mese so ndo de" ah lupakan saja sobat intinya saya mau berbagi cerita, Singkat cerita. Entahlah.. TUHAN punya rencana apa untukku di tengah-tengah hal yang aku inginkan semakin mendekat dalam hidupku tiba-tiba rasa rindu untuk kembali pulang, merasakan hidup di kampung halaman.
Aku hidup dan besar di kampung watunggong. Nama yang cukup keren bukan, seperti nama kota wiston ups..washington maksudnya . Bagi yang penasaran dan yang bertanya dalamnya Watunggong seperti apa sih? Masyrakatnya sebagian besar bekerja sebagai petani, Ada pula yang bekerja diluar kota maupun luar negri. Meski pekarangan dan perkebunan cukup luas kaum muda lebih memilih merantau di Jawa,Bali, Sulawesi,Kalimantan, bahkan malaysia dengan janji penghasilan yang lebih besar dan pastinya untuk merubah ekonomi. Nah,buat kita yang sedang di tana rantau masi rinduh pulang gak sih? Hayo. Utuk kamu yang pernah tinggal di Watunggong masih rinduh tidak,dengan keramah tamahan masyarakat kami dan juga murah senyum yang semanis gula Satu ton. Hehehehhehe
Bagi kamu anak rantau yang sudah menimbun rindu nan tinggi kepada keluarga di rumah sana, mohonlah bersabar dan jangan larut dalam kesedihan. Pilihanmu untuk menunda pulang kampung adalah keputusan bijak saat ini. Ketahuilah, salah satu cara yang bisa kita kerjakan hari ini adalah social distancing, dan menunda pulang kampung adalah langkah konkretnya.
Kita mungkin punya mental yang jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan mereka yang masih tinggal satu atap dengan orang tua. Setiap masalah yang mendatangi, kami lawan dengan keteguhan yang hebat. Jika rindu mengetuk hati, kadang hanya tangisan yang kami tahan di setiap malam. kira-Kira begitu sob.
Di sini, di rantauan ini aku teringat akan rumahku, Kurindu halaman depan rumah dikala senja, candatawa yang memecahkan suasana keheningan, sapaan mesra dari dedaunan mangga dan angsono yang gugur dan akan menumbuhkan tunas baru sebagai harapan baru. Ah lagi-lagi Aku rindu ingin kembali....Kembali dengan kesuksesan yang dianyam di tanah orang, karena teriakan kecil sudah tak sabar lagi memanggilku untuk segera kembali pada tanah kelahiranku, Watunggong. Selalu terbayang malam Natal yang indah dengan bintang-bintang ramah berkelap-kelip menemani malam Natal. Dan di telingaku selalu berdentang lonceng Gereja yang bertalu-talu silih berganti dari semua penjuru. Namun disini suasana syahdu itu tak ku dapatkan, baru beberapa tahun saja di rantau, Aku sudah merindukan suasana Natal di kampung halamanku di Watunggong. Ya, Watunggong......
Apalagi suasana pemandangan malam hari dengan cahaya hlampu lampyon dan lentera yang menerangi di setiap kompleks dan gang ,hem...rasanya semongko. Di tempat saya sob komplek yang paling ramai kalau musim Natal begini yakni komplek RCTI atau Reba cabang tiga, entah apa yang merasuki jiwa pencipta nama singkatan komplek ini,ah persetan intinya dari tulisan saya merinduhkan suasana natal di dusunnku ini.
Sobat? apa hanya saya yang merinduhkan suasana Natal di watunggong? dan apa yang sobat rinduhkan dari kampung ini? Sekian dulu ya sobat Aku ucapkan selamat menyonsong hari Natal semoga kita sehat selalau.
GM
Komentar
Posting Komentar