TERKAIT PENGGAL KEPALA ANJING||Surat terbuka untuk Humas PRO Setda Matim
Selamat sapa, untuk Humas PRO Setda Manggarai Timur. Maaf, saya mengganggu di tengah kesibukan anda dalam bekerja di lembaga Humas kebupatian. " Jaga baik - baik Bapak, ANDREAS AGAS dan Bapak STEF JAGHUR sebagai orang tua kita. Jaga mulut, Jagan membuat peluang kepercayaan masyarakat yang telah membuat nya duduk di tahta menjadi menurun hanya karena anda tidak peka memahami informasi yang benar di lapangan berkaitan degan ciptaan Tuhan yang bernama," Anjing ". Gadamer, Filsuf Jerman, pernah melontarkan kalimat bernas ini : " Kemampuan memahami adalah bakat dasariah manusia, sesuatu yang menjaga kelangsungan hidup komunal nya degan orang lain. " Artinya memahami adalah kegiatan paling akrab degan keseharian manusia dan menentukan kelangsungan hidup bersama, ( Peter Tan, 2018 : 54 ). Akhir - akhir ini publik di hebokan degan viral nya persoalan penggal kepala Anjing oleh pemda manggarai Timur.
Di lansir melalui media online Posflores.com mengenai pembasmian anjing Humas PRO Matim mengatakan bahwa program ini di lakukan dalam upaya Eliminasi hewan penular rabies ( HPR ). Hal itu pun kata nya di lakukan berdasarkan perda kabupaten Manggarai Timur, Nomor 6 tahun 2010 tentang penertiban penanggulangan dan pemberantasan hewan penular rabies.
Oleh karena perda itu pertanyaan mulai muncul, " apaka kepala anjing harus di penggal dan di bawa ke lab untuk di periksa?, lantas bagaimana jika anjing tersebut tidak terbukti rabies, dan enta alasan apa dari sejak dulu ketika proses ini di jalan kan. Anjing atau kepala anjing yang di bawa tidak pernah di lakukan siaran pers bawa hewan itu mengidap penyakit rabies?. Ada pun sesuatu yang unik dalam siaran pers ini mengatakan bahwa perda ini sudah diketahui lama oleh masyarakat. Apa tidak salah?, dan kapan anda turun sosialisasi ke masyarakat mengenai perda ini?, terlebih kusus masyarakat yang mengalami perestiwa anjing kesayangan mereka yang di penggal kepala nya itu. Setiap insan manusia tentu menyadari kodrat nya sebagai manusia yang bebas bicara, tetapi jagan asal bicara kan ? Terlepas dari soal perda, kita pun di ajak menuju ke kronologis persoalan pemenggalan kepala Anjing yang di katakan tidak berprikemanusian itu.
Menurut Ika sebagai penjaga rumah milik tuan anjing menyaksikan, " Saya bersama anak nya om Marsel dan ibu Eti sedang berada dalam rumah, tiba - tiba segerombolan petugas datang menghampiri, mulai Tentara, polisi, Pol PP, Bidan dan tim pegawa lain nya. Pokok nya mereka banyak sekali, saya tidak tau jumlah nya berapa. Mereka datang dan bertanya mengenai anjing. " om pa, surat dari RT besok tangal 5 baru datang pemeriksaan, di ikat supaya ada yang mau datang vaksin. Dan kenapa datang hari ini. Selain itu mereka pun sempat berbincang bahwa anjing punya anak dan mereka pun pergi lihat anjing anak tersebut ke dapur. Beberapa tentara sempat anjur kan Ika untuk ikat Anjing nya, terus jawaban pun muncul. " ya pa, nanti sebentar kalau sebentar kaka pulang kerja. Kami juga sudah siap kan ini rante untuk ikat Anjing karena sesuai surat edaran dari bapa RT bahwa ada vaksin besok tangal 5 terus ada petugas 1 0rang yang degan brutal membabi buta. Padahal tidak ada tuan Anjing nya, ayo basmi, basmi, basmi. Ika pun di suru keluar dari rumah degan histeris menangis bersama anak saya karena di bentak. Mereka terlihat menutup semua pintu rumah dari dalam dan memukul anjing sampai mati ".
Ketika selesai memukul Anjing, mereka pun membawa nya ke mobil operasional untuk di penggal kepala nya. Tubuh nya di persilakan di kembalikan ke tuan karena di protes oleh salah satu warga, sedang kan kepala nya mereka bawa ke LAB untuk pemeriksaan kata nya.
Sedangkan berkaitan degan jumlah anjing yang di informasikan oleh Humas PRO Setda matim 12 ekor itu bohong, fakta nya anjing saya berjumlah 7 ekor terhitung degan yang di bunuh, dan ada pun yang mengatakan bahwa mereka tidak tau kalau anjing itu beranak, ini juga perilaku munafik. Adik saya sudah kasih tahu dan mereka sempat melihat anjing anak itu di dapur. Saya tidak tau, kebohongan seperti apa lagi petugas ciptakan untuk membenarkan tindakan mereka yang brutal itu. Terus yang paling aneh adalah anjing tetangga saya yang di ikat ko di pukul, mereka juga sedang bermain pilihan. Mau yang di ikat atau yang di lepas?, dan alkisa di ikat pun di bunuh.
Tentu banyak orang memprediksi ini sebagai pertarungan, tetapi itu adalah kebodohan berpikir. Jika ada yang mengatakan itu. Apa lagi kalau mungkin ada yang bilang bahwa ini setingan untuk mendapat simpatisan, saya rasa tidak benar. Saya teringat peribahasa Belanda ini: Hoe hooger greets, hoe groter beest-semakin tinggi intelektualnya, semakin besar kebinatangannya, ( Peter Tan, 2018, 174 ). Dan pula untuk menutup surat terbuka ku ini, saya meminjam pernyataan sapaan dari kaum - kaum yang pedulih akan orang degan nganguan jiwa."Salam Sehat Jiwa."
TERIMAKASIH SALAM HORMAT
OLEH: WILHELMUS SUSU
Iyo seh Bagus aase. kalau bisa diedit tolong diedit cara penggunaan "di" sebagai awal atau "di" sebagai penunjuk. Jadi bingung membacanya. Tabe.
BalasHapusIyo sdh. Bagus Ase kalau bisa diedit tolong diedit cara penggunaan "di" sebagai awal atau "di" sebagai penunjuk. Jadi bingung membacanya. Tabe.
BalasHapus