Sepiring Ubi Di Baluti Senyum Ibu


Antara Saya dan pondok sawah rentan umur tidak jauh beda. Selama Saya dalam kandungan, ternyata keluarga Saya sedang dalam pembangunan pondok milik Om saya, yang enggan Saya sebut namanya disini. Takut viral guys. Hehehehe. Hingga setelah pondok berdiri kokoh, Saya juga dilahirkan dari rahim Ibu. Dengan demikian antara pondok milik Paman Saya,dan saya. Umur yang sama, namun rupa yang berbeda. Kalau saya semakin tua semakin kuat,sedangkan tiang tengah pondok itu semakin lapuk. 

Sejatinya Saya adalah salah satu insan atas dasar cinta dan kasih orang tua Saya. yang sekarang Saya menyebut Mereka adalah pelita hidup. Saya sendiri tidak pernah tahu bagaimana kisah jatuh cinta mereka hingga menghasilkan saya, Saudara dan Saudari Saya. Entahlah, mungkin kala itu Ibu Saya yang jatuh hati atau mungkin Ayah Saya yang perlahan tenggelam kedalam hati Ibu. Alih-alih curhat kisah orang tua, hahaheeetooo. Kini Saya menyebut Mereka adalah pelita hidup. Cerita IBU, Saya dilahirkan atas bantuan perdana dukun. Tahun dimana Saya dilahirkan yang notabene perawat belum banyak, fasilitas kesehatan masih belum lengkap, infrastruktur yang belum 
memadai sebagai alasan kurang dan lebihnya Saya menangis diatas tangan dukun dengan sisa lendir yang menyelimuti tubuh ini.

Sebagai seorang yang dilahirkan atas bantuan perdana dukun, Saya secara pribadi bersyukur,meski terlahir sebagai anak kampung dan campur tangan dukun. toh masih tetap tumbuh sampai sekarang, seperti Mereka- Mereka yang ada bekas sentuhan tangan perawat. Hari berganti hari, malam berganti malam, seiring melajunya waktu umur saya semakin tua. Perlahan perubahan ada,melalui proses pertumbuhan yang sedemikian rupah hingga sampai sekarang masih tetap ada di dunia yang fana.

Meskipun kita dibaratkan dari tanah dan ada saatnya rupa kita harus kembali menjadi tanah. Semenjak Saya bisa mengunya makanan, sejak saat itupulah Saya di asumsi berbagai jenis makanan seadanya oleh orang tua saya. Ada jagung yang selepas dikunyah Ibu lalu diberikan pada Saya, ada pisang, ada nasi yang dimasak sengaja bentuk bubur, dan ternyata ada ubi dibalik senyuman Ibu.

Hay, para pengunjung Gejurdite yang berhati jumawa, humoris serta romantis, meski sedikit pesimis selebihnya optimis, sederhana dalam doa namun besar dalam upaya. Kalian patut mengetahui bahwa selain nasi,gandum, roti, ada ubi kayu (singkong) banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia pada umumnya, dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Selain rasa enak yang khas dimilikinya,ternyata berasumsi terhadap kesehatan tubuh manusia. Manfaat singkong bagi kesehatan tubuh manusia, menurut ilmu kesehatan polio dan gizi yaitu:

• Menambah energi
 Singkong menambah kalori cukup tinggi. Dalam 100 gram singkong mengandung 110-150 kalori. Jumlah kalori ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan umbi jenis lainnya. Oleh karena itu, manusia akan memiliki energi ekstra dalam melakukan aktivitas sehari-hari jika mengkonsumsi makan ini. 

• Sumber serat dan karbohidrat kompleks
Selain kalori, ubi kayu (singkong) juga kaya akan karbohidrat kompleks dan serat. Kedua nutrisi ini berfungsi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan, mengurangi peradangan,mengendalikan kadar gula darah hingga gejala akan terjadi diabetes dan obesitas akan lebih rendah.

• Memiliki kandungan antioksida yang baik
Kandungan vitamin C, vitamin A yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari efek radikal bebas, mencegah penyakit jantung, hingga mengatasi kerutan pada kulit.

• Memiliki aneka nutrisi 
Dalam ubi kayu (singkong) mempunyai banyak nutrisi diantaranya,: protein, serat, mineral, kalium, magnesium, fosfor dan kalsium. Oleh karena banyaknya kandungan nutrisi, ubi kayu (singkong) dianggap memiliki manfaat dan berasumsi terhadap kesehatan tubuh manusia.

Bagi orang di Kampung Saya, selain ubi kayu (singkong) untuk dimakan, ada daun untuk diolah menjadi sebuah sayur. Ketika bawang merah,bawang putih menari bersamaan dengan daun singkong diatas wajan yang berisi minyak panas, setelahnya ditaruh garam dan ajinomoto yang memberi cita rasa, mampu menggugah selera dan menambah rasa lapar. Tambahan kobaran api dari kayu hasil pencarian Bapak-bapak, membuat senyuman Ibu semakin jumawa dan manja seakan memberikan jawaban atas rasa lapar orang dalam sekeluarga. Adapaula daun singkong dimasak bersamaan dengan daging babi,potongan daging yang sudah mempunyai minyaknya sendiri, membuat daun singkong sedikit lembek, hingga empuk sampai dimulut. Ahhhh rindu masakan Ibu dan kepulan asap dapur keluarga.

Ketika orang lain menyuguhkan ubi, cabe, kopi depan mata, sungguh pada saat itu juga seakan ada tercium bauh tubuh seorang, setiap kali kunyah serasa ada riuh tawa seseorang, ketika dilahap secara perlahan ada rasa dan cinta terhadap seorang yaitu: rasa dari sepiring ubi dan cinta dibalik senyum seorang ibu. Sepiring ubi dibaluti senyuman Ibu, yang mampu mengingatkan dan mengagumi perjuangan Ibu. 
  
                                        By:Egost Nantur
                                   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Pembangunan Gapura Desa Urung Dora ,Kecamatan pocoranaka Timur-Matim

Di Colol, Tidak Melulu Soal Kopi Pai't Ada Kata Kido Ema Reak, Yang Bikin Kamu Ketawa Dan Bingung

Mengenal Arti Jodo Toe Ndoro Dalam Adat Manggarai.