Mengenang Rabu Abu di Tengah Pandemi
Gejurdite. Dalam ajaran Kristiani selalu berpegang teguh pada kitap Injil sebagai Firman Allah. Di dalam itu umat di ingatkan untuk melakukan pertobatan dari dosa, dan selalu menjalankan cinta kasih terhadap sesama.
Kitab injil dalam hal pertobatan sebagai pemaknaan yang sering di lakukan umat Katolik, maupun Kristen pada perayaan hari Rabu Abu di ingatkan untuk bertobat sebagaimana manusia yang berasal dari debu tanah, dan akan kembali menjadi debu tanah, ( Kej. 2:7). Namun di tengah pandemi virus covid 19 ini kita tidak lagi melakukan perayaan.
Hal ini tentu dirasakan oleh seluruh kaum Kristiani sedunia, misalnya di Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Manggarai Timur nuansa perayaan ini diberhentikan untuk sementara oleh Keuskupan Ruteng.
Gusty Masryn, mahasiswa asal Manggarai Timur kepada Gejurdite, Rabu,( 17/02/2021) mengaku merasa sangat terganggu kebatinannya karena tidak lagi pergi ke greja untuk mengikuti perayaan seperti ini.
" kini terasa sunyi. Kebiasaan umat ke greja dalam menyatakan pertobatan, dan kerendahan diri dalam menyambut kemenangan Yesus sang juru selamat tidak lagi dilakukan. Saya merasa terganggu kebatinan ini", Ungkap Masrin
Ia pun mengatakan bahwa tak lagi melihat umat berbondong-bondong ke Gereja untuk menerima abu yang diberikan oleh pastor ke dahinya.
" Lihat di hari Rabu Abu ini, tak lagi ada abu yang menempel di dahi seperti kebiasaannya. Walau begitu kita harus menyejukan hati. Sebab degan berdoa dari rumah. Ataupun degan cara membantu sesama yang kesusahan. Yesus selalu memberi pertobatan", Ungkap Masrin.
Adapun yang perlu diketahui bahwa perayaan Rabu Abu merupakan tanda pertobatan yang telah dilakukan manusia. Degan mengenang hari kesengsaraan Tuhan Yesus di kayu salib sebagai penebus dosa dunia.
Komentar
Posting Komentar