Watunggong Antara Nyaman dan Cinta Masih Dilema
Salam hangat dari Saya untuk penikmat tulisan ini. Semoga kita semua tetap cukup agar bisa tetap hidup dibawah langit pandemi ini. Pandemi semakin memanas. Kita tidak hanya jaga hati dan mata,toh jangan lupa untuk jaga imunitas. Mungkin diantara Kita masih ada yang belum tahu keberadaan Kampung Watunggong. Untuk menjawab pertanyaan itu, ijin kanlah Saya memperkenalkan Watunggong.
Watunggong adalah salah satu kampung yang ada di Manggarai Timur. Dulu sebelum pemekaran Watunggong merupakan hak ulayat Kecamatan Sambi Rampas yang beribu kota di Pota. Sekarang Watunggong adalah Ibu Kota Kecamatan Congkar yang masih seumur jagung. Pembentukan Kecamatan baru ini diperkuat oleh nilai sejarah, luas wilayah serta populasinya. Watunggong boleh disebut tempat pemisah dan jumpa. Mengapa demikian? Semisalnya pacarmu dari Lengko Ajang sedangkan Kamu dari Elar, kelak Kalian akan pisah jalur dan dipertemukan di Watunggong.
Jika dari arah Ruteng menuju Elar, sesampai di Watunggong Kita belok kanan, begitupulah menuju Lengko Ajang maka harus memilih jalan lurus, menuju Paleng ambil kiri. Watunggong sedikit berhawa dingin tapi tidak dingin amat, sedikit lebih panas namun tidak terlalu panas juga. Keberadaan Watunggong yang dipinggir jalan raya menjadi tempat yang strategis bagi masyarakat disekitar Lengko Ajang, Elar, Elar Selatan.
Oleh karena strategis, Watunggong memiliki fasilitas umum yang cukup memadai. Mulai dari Pasar, Puskesmas Farmasi, BPD (Bank Pembangunan Daerah), Pertokoan, dll. Sebagian komoditi dijual di Watunggong, akhir-akhir ini banyak pengusaha yang memilih Watunggong sebagai tempat usaha. Sensasi hari pasar membuat Watunggong sedikit lebih ramai.
Para pengunjung pasar datang dengan tujuan yang berbeda ada yang menjual komoditi, membeli sembako, menemui kerabat,menemui pacar, dll. Perputaran uang di Watunggong sedikit lebih cepat ketimbang daerah disekitarnya. Sebagian masyarakat Watunggong bukan asli Watunggong, melainkan para pendatang dari berbagai daerah yang memiliki tujuan hidup di Watunggong.
Bagi pendatang, Watunggong sudah menjadi tempat yang tepat untuk tinggal dan membangun keluarga. Kabarnya Watunggong sudah mulai disentuh oleh pembangunan pemerintah, pasalnya bentangan kabel sepanjang jalan dan tiang tinggi menunjukan penerangan akan dirasakan oleh masyarakat Watunggong dalam waktu dekat, meski demikian Watunggong tidak luput dari jalan berlubang. Satu sisi jalan berlubang itu akibat kurangnya perhatian pemerintah, disisi lain kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sepanjang got membuat jalanan sangat mudah digenang air ketika musim hujan.
Beberapa tahun silam, Watunggong kaya akan air. Pipa besar terkubur rapi dari hutan Lok Pahar menuju pemukiman warga. Seiring berjalannya waktu, masalah air Watunggong tidak sejaya dulu. Penebangan hutan liar yang membuat debit air semakin berkurang, bahkan habis. Tentu itu semua ulah manusia yang mengaku menyembah Tuhan, yang mempercayai bahwa alam itu ciptaan Tuhan yang indah, tapi secara sengaja merusak ciptaan Tuhan sendiri. Miris kan?.
Kini Lok Pahar tidak elok lagi, kicauan burung tidak terdengar seduh lagi,udara segar tidak terhirup lagi, pepohonan ditebang sana sini dan masyarakat haus akan air. Lok Pahar dimasa sekarang layaknya selaput yang disobek sedemikian rupa oleh pihak tidak bertanggung jawab sehingga terciptanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Krisis air minum tidak mematahkan semangat masyarakat Watunggong untuk tetap hidup. Watunggong tetap cantik meski susah akan air. Watunggong itu antara nyaman dan cinta namun masih dilema oleh jalan berlubang dan air yang sedikit susah dicari. Berharap pemerintah hadir dalam masalah ini agar takaran nyaman dan cinta terhadap Watunggong tidak dilema lagi.
Bagi Saya, banyak alasan mengapa sampai saat ini masih ada porsian rindu untuk Watunggong. Kampung yang sekarang jauh dari pelapukan mata, namun masih terasa dekat dihati. Watunggong dan kenangang ibarat sebatang rokok yang habis dihisap lalu dihembus dan tersisa serpihan kenangan layaknya abu rokok.
Watunggong adalah rindu yang tertata rapi dilembar kenangan, kesetiaannya telah menemani langkah kaki, kalah sore hari menyeruput kopi sembari bercerita, menghadirkan canda dan tawa, para gadis menari diatas alam merah putih sungguh senyuman yang mudah dicerna menyapa dan menghormati setiap individu yang berkunjung ditempat ini. I can’t imagine how much I miss this place.
Penulis: Egost Nantur
Komentar
Posting Komentar