Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Bantu Perangi Covid-19, Frans Damur Sumbang Sembako Kepada perantau Asal Ntt Di Surabaya

Gambar
        (Sumber foto: Gejurdite) SURABAYA, GEJURDITE — Frans Damur, Petinju asal Kampung Wuas, Kabupaten Manggarai Timur, membagikan sembako kepada mahasiswa dan pekerja asal Nusa Tenggara Timur yang saat ini berada di surabaya ( jatim ). Pembagian sembako tersebut dilakukan sejak Jumaat 19 Juni 2020 hingga Sabtu 20 Juni 2020. Ini merupakan upaya yang kedua kalinya di lakukan oleh Frans dalam pemberian sembako. pertama kali di bagi pada bulan Mei yang lalu. Pria kelahiran tahun 1983 yang juga dikenal sebagai mantan juara pasifik versi badan tinju OPBF ( Orient and Pacific Boxing Federation) kelas 50,8 kg pada tahun 2016 dan 2017 lalu mengungkapkan bahwa, bantuan tersebut sebagai bentuk kepeduliannya terhadap sesama, khususnya para pekerja dan juga  mahasiswa yang kesusahan akibat  dampak pandemi Covid-19.      ( sumber foto gerjurditenews) Hal ini dilakukannya dengan melibatkan beberapa pihak sebagai donatur untuk pengadaan paket sembako tersebut.Dikatakan Frans

Sepiring Ubi Di Baluti Senyum Ibu

Gambar
Antara Saya dan pondok sawah rentan umur tidak jauh beda. Selama Saya dalam kandungan, ternyata keluarga Saya sedang dalam pembangunan pondok milik Om saya, yang enggan Saya sebut namanya disini. Takut viral guys. Hehehehe. Hingga setelah pondok berdiri kokoh, Saya juga dilahirkan dari rahim Ibu. Dengan demikian antara pondok milik Paman Saya,dan saya. Umur yang sama, namun rupa yang berbeda. Kalau saya semakin tua semakin kuat,sedangkan tiang tengah pondok itu semakin lapuk.  Sejatinya Saya adalah salah satu insan atas dasar cinta dan kasih orang tua Saya. yang sekarang Saya menyebut Mereka adalah pelita hidup. Saya sendiri tidak pernah tahu bagaimana kisah jatuh cinta mereka hingga menghasilkan saya, Saudara dan Saudari Saya. Entahlah, mungkin kala itu Ibu Saya yang jatuh hati atau mungkin Ayah Saya yang perlahan tenggelam kedalam hati Ibu. Alih-alih curhat kisah orang tua, hahaheeetooo . Kini Saya menyebut Mereka adalah pelita hidup. Cerita IBU, Saya dilahirkan atas bant

Katak Sawah Sebagai Lauk Anak Kampung

Gambar
D ulu Saya masih kanak kanak, yang belum bisa apa apa selain merengek pada orang tua, minta itu minta ini, padahal orang tua kesana kesini mengais rejeki. Saya masih diajarkan oleh Orang Tua  menyanyikan lagu balonku ada 5.  Masih suka memakai baju saja, sedangkan celana dilepas, lalu ditinggal pergi layaknya kekasih yang salah memahami isi hati.  Ehem ehem kok curhat yaaa.   Saya sebagai anak kecil yang imut, terkiut, ganteng juga tidak, jelek iya! Tapi tidak jelek amat, seringkali digemesin oleh anak gadis di Kampung Saya kala itu. Kadang saat menjumpai Saya tidak bercelana, Mereka yang menawarkan Saya untuk memakai celana sembari berkata “ nanti  perkututmu di cotok ayam betina”. Hahahahahaha.  Seandainya itu terjadi saat usia Saya begini,  sapa  mau help? Yang ada Saya tambah Hahahahahaha   Ketika bersua dengan Saya, Mereka selalu mengucapkan salam sapa sambil cipiki cipika.  Oh Noo,  betapa bahagianya saya kala itu.  Kadang Mereka baku rebut Menggendong Saya.  Ahhh sud

Pabrik Semen di Matim, Pada Akhirnya Masyarakat Akan Menangis

Gambar
Manusia merasa ditinggalkan karena gamang, panik dan tidak tahu apa yang harus dipegang untuk menyiasati tuntutan peradaban yang menyapu bersih cara-cara hidup tradisional, adat istiadat dan warisan nenek moyang. Ditengah kegamangan itu, terdamparlah mereka pada kekuasaan rezim, (dalam buku Paradoks Politik, Peter Tan, 2018:94).  Polemik pembangunan pabrik semen di Lengko Lolok, dan Luwuk, Kabupaten Manggarai Timur, NTT terlahir dari ketidak adilan, dan kurangnya rasa kesejahteraan dalam perekonomian kehidupan mereka oleh rezim pemerintahan sebelumnya. Entah siapa, dan mengapa?, pada intinya kegamagan, dan kepanikan yang membuat mereka bergerak bersera diri pada rezim yang baru untuk merubah kehidupan pribadi, anak cucu, serta infastruktur pembangunan kampung dalam naungan kesejahteraan di hari selanjutnya.  Kemunculan perhatian akan sumbangan meteran listrik, Pembangunan rumah layak huni bagi warga , dan adanya tindakan nyata membangun akses jalan di lingkup ka

Melirik Pembangunan Gapura Desa Urung Dora ,Kecamatan pocoranaka Timur-Matim

Gambar
URUNG - DORA  GEJURDITE.NEWS  Gapura  adalah,suatu struktur berupa pintu  masuk atau gerbang ke suatu kawasan. Dalam bidang arsitektur gapura sering disebut dengan  entrance , yang memang diartikan sebagai pintu masuk atau pintu gerbang dalam bahasa Indonesia.  Namun  entrance  itu sendiri tidak bisa diartikan sebagai gapura. Gapura juga dapat dijadikan sebagai simbol, dimana simbol  yang dimaksudkan disini bisa juga diartikan sebuah ikon suatu wilayah atau area. Secara hirarki sebuah gapura bisa disebut sebagai ikon karena gapura itu sendiri lebih sering menjadi komponen pertama yang dilihat ketika kita memasuki suatu wilayah. Gapura bukan semata-mata bangunan fisik yang diartikan sebagai pintu gerbang, tanda batas kota, kabupaten, desa atau kampung. Menurut tradisi, gapura merupakan wujud ungkapan selamat datang yang familiar, ramah,  welcome . Gapura mewakili keramahan dan rasa hormat tuan rumah kepada setiap orang atau tamu yang datang. foto(kepala Desa Urun

Secangkir Kopi ||Gejurdite.com

Gambar
sumber foto :https://www.facebook.com/egost.nantur  " Now I'm shaking Drinking All this Coffee" lagu dari Zeremy Juker,  begitu lirik lagu yang kudengar ketika menyeduh secangkir kopi. Sedikit manis tentu tidak mengalahkan rasa pahitnya. Dulu, Aku suka Kamu dan kopi pahit. Namun sekarang Aku lebih memilih untuk menyeduh kopi manis. Bagiku cukup hidup dan masa lalu yang pahit, selayaknya kopi harus manis. Aku masih seperti pada biasanya, menyeduh secangkir kopi dengan sisa hangatmu yang Engkau bawa pergi. Hehehe .    Ketika pekerjaanku menjadi prioritas, maka Aku sempatkan kopi sebagai rutinitas. Walaupun hanya segelas barangkali ada inspirasi yang melintas. Sejatinya filosofi kopi dilahirkan dari penjual kopi, agar supaya jualannya laku terjual. Namun, kopi secangkir opini dilahirkan pada jiwa yang santuy, mempunyai kemampuan berpendapat setelah menyeduh secangkir kopi. KOPI “ketika otak perlu istirahat. Otak perlu istirahat setelah sekian lama bekerja

SENJA DI KOTA SERIBU PURA || Gejurdite

Gambar
              D ulu Aku bermimpi berada di kota ini. Aku sulit membedakan mimpi sebagai kenyataan. Aku mengira mimpi adalah pertanda. Ternyata banyak orang yang demikian. Bahkan tak sedikit yang mengira, mimpi adalah realita. Pengalaman bermimpi sama seperti pengalaman berpikir. Kita membangun gambaran, konsep dan cerita di kepala kita, lalu mengiranya sebagai nyata.   Sewaktu Aku menginjak kaki di kota ini, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan mimpi yang pernah ada. Sedikit Aku merasa Kota ini biasa saja, Dalam hatiku berkata “Aku sedikit benci dengan kota namun , seiring melajunya waktu, pendapatku berubah. Ternyata Bali hidup dengan budaya yang melekat erat dalam jiwa. Orangnya ramah dan tidak buruk. Aku jatuh cinta pada kota Bali. Dalam banyak aspek, Bali adalah sebagai kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan membangun keluarga.     Bali atau orang menyebutnya Kota Seribu Pura. Salah satu kota pariwisata yang dikenal banyak orang, warga kota yang penuh toleran